Rabu, 25 Mei 2016

My Life

Pernah kubermimpi menjadi sosok yang memotivasi, orang yang senantiasa menjadi tauladan atas perkataannya. Namun saat ini aku hanya aku, seorang mahasiswi dengan segala kekurangannya dan ketakutannya berbicara di hadapan khalayak. Aku mampu berbicara panjang lebar melalui tulisan, aku mampu membuka pikiranku tentang segala hal di luar sana tentang kehidupan. Berbanding terbalik dengan keseharianku di dunia pendidikan, seakan enggan berpikir persoalan yang sudah pasti ada jawabannya sudah pasti ditemukan penjelasannya.

Hal abstrak adalah seni  dimana aku lebih tertantang untuk memecahkan masalah atau sekedar menyimpulkan bahkan menemukan hal baru. Menjadi Guru memang sangat menjanjikan, namun dari awal aku lebih tertarik akan dunia seni, ketrampilan, dan kehidupan.

Kegiatan dimana-mana, itu dambaanku sedari dulu, kendati tubuh mulai ringkih dan bukan layaknya orang sehat yang mampu beraktivitas kapanpun dimanapun. Isditya suka dengan aktivitas, Isditya ingin lebih bermanfaat. Ekspestasi ini terlalu jauh, sakit yg kualami sedari OSPEK, faktanya mulai kapan penyakit itu ada aku tidak mau tahu. Saat ini bagiku dapat menjadi Isditya yg kuat saja itu lebih dari cukup, Isditya harus mampu mengendalikan diri. Sakitku bukan sakit parah, tapi kenapa semua orang di dekatku terlalu berlebihan menyikapinya. Aku harus istirahat, aku tidak boleh ini, aku harus itu. Isditya masih bisa bertahan, aku tidak ingin menjadi lemah dan manja.

Kalau saja dilihat dari kacamata kesehatan, semua penyakit itu berbahaya. Terlebih penyakit psikis. Beberapa teman berbicara padaku bahwa aku adalah salah satu contoh dari penderita gangguan psikis. Adapun gangguan tersebut ialah aku yg sering diam dalam keramaian, aku yang selalu ceria dan tertawa terbahak bahak tanpa henti saat bahagia, namun jarang mengungkapkan isi hati dan pikiran. Kemarahan yang menggebu ketika ada yang tidak sesuai seharusnya. Mereka khawatir aku akan lebih parah dari itu, kata mereka aku akan menjadi semakin aneh dari sekarang.

Apapun kata mereka, aku akan tetap menjalani hidupku yang demikian. Usah mengusik kegiatanku, hidupku, dan duniaku. Karna akulah yang tau diriku. Nilailah aku sesukamu. Namun jangan hukum aku dengan segala hujatanmu yang memekakakn telinga orang tuaku. Cukup berteriaklah padaku, jangan orang-orang yang aku sayang. Mereka tidak tahu apapun tentang kehidupan anaknya yang sebenarnya seperti apa. Mereka hanya tahu bahwa anaknya ini adalah anak yang ceria. Jadi tolong siapapun kalian, jangan pernah mengganggu. Biarkan kisahku berjalan sesuai harapanku. Sesuai dengan cita-citaku. Bukan hidup yang diatur oleh cercaan.

Hidup bukan seperti menapakkan kaki di tanah, namun hidup itu mencoba untuk berjalan diatas air tanpa tenggelam.

~Isd~

Tidak ada komentar: