Senin, 24 September 2018

Terhempas Sudah Harapan

Kehidupan bukan lagi hanya sekedar hidup. Ia bernafas lalu tatap tajam menggambarkan banyak harapan. Dipandangilah sekitar kemudian terlihat satu cahaya sinar. Tak secerah matahari memang, namun pancaran itu membangunkannya dari mimpi-mimpi yang selama ini masih kabur. Lirih suara sayu-sayu semakin membuka matanya. Bahwa ada lagi yang menguatkan untuk lekas beranjak dari tidur ternyaman.
Adalah sosok kecil mungil nan menggemaskan. Lengkap dengan suara tangisan khas menandakan haus akan pelukan. Senyum terindah yang menyilaukan. Benar saja, si mungil itu adalah nafas lain baginya. Kehidupan kedua baginya dan tentu saja harapan terbesarnya. Bagaimana bisa ia terlelap lagi, sedangkan waktu yang terlewati tak akan kembali. Saat-saat ketika ia sangat ingin selalu mendekap melindungi pun menyayangi. Ia menangis, seolah tak mampu mengulangi kesempatan itu lagi.

Kehangatan itu seketika sirna. Ada dekapan lain yang lebih merindunya. Sinar benderang kembali menghitam. Hanya sepatah kata terlontarkan di hembusan terakhir.
"aku masih ingin melihatmu tumbuh, maafkan bunda"

Wates, KP
24 Sept 2018
~isd~

Tidak ada komentar: